Senin, 22 Februari 2016


PURA ULUWATU

 
 merupakan pura yang berada di wilayah Desa Pecatu, Kecamatan KutaBadung.
Pura yang terletak di ujung barat daya pulau Bali di atas anjungan batu karang yang terjal dan tinggi serta menjorok ke laut ini merupakan Pura Sad Kayangan yang dipercaya oleh orang Hindu sebagai penyangga dari 9 mata angin. Pura ini pada mulanya digunakan menjadi tempat memuja seorang pendeta suci dari abad ke-11 bernama Empu Kuturan. Ia menurunkan ajaran Desa Adat dengan segala aturannya. Pura ini juga dipakai untuk memuja pendeta suci berikutnya, yaitu Dang Hyang Nirartha, yang datang ke Bali pada akhir tahun 1550 dan mengakhiri perjalanan sucinya dengan apa yang dinamakan Moksah atau Ngeluhur di tempat ini. Kata inilah yang menjadi asal nama Pura Luhur Uluwatu.[1]
Pura Uluwatu terletak pada ketinggian 97 meter dari permukaan laut. Di depan pura terdapat hutan kecil yang disebut alas kekeran, berfungsi sebagai penyangga kesucian pura.
Pura Uluwatu mempunyai beberapa pura pesanakan, yaitu pura yang erat kaitannya dengan pura induk. Pura pesanakan itu yaitu Pura Bajurit, Pura Pererepan, Pura Kulat, Pura Dalem Selonding dan Pura Dalem Pangleburan. Masing-masing pura ini mempunyai kaitan erat dengan Pura Uluwatu, terutama pada hari-hari piodalan-nya. Piodalan di Pura Uluwatu, Pura Bajurit, Pura Pererepan dan Pura Kulat jatuh pada Selasa Kliwon Wuku Medangsia setiap 210 hari. Manifestasi Tuhan yang dipuja di Pura Uluwatu adalah Dewa Rudra.[2]
Pura Uluwatu juga menjadi terkenal karena tepat di bawahnya adalah pantai Pecatu yang sering kali digunakan sebagai tempat untuk olahraga selancar, bahkan even internasional seringkali diadakan di sini. Ombak pantai ini terkenal amat cocok untuk dijadikan tempat selancar selain keindahan alam Bali yang memang amat cantik.

oleh : Sandi Astuti (30)


TANAH LOT



Tanah lot ini merupakan objek wisata yang sangat terkenal karena tanah lot merupakan objek yang mempunyai bongkahan tebing yang berada ditengah pantai yang di atasnya terdapat pura. Bongkahan tebing tersebut pada sore hari tidak dapat dinikmati secara dekat karena adanya gejala alam yang disebut pasang surut. Selain itu, gerakan gelombangnya yang unik dan struktur geologinya yang menarik untuk dikaji.


A. Lokasi
Obyek wisata tanah lot terletak di Desa Beraban Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan, sekitar 13 km barat Tabanan atau 25 km arah barat Kota Denpasar. Secara astronomi terletak antara 08037’10,3” LS dan 115005’13,4” BT. Dari kota Denpasar atau Tabanan, untuk menuju ke lokasi sangatlah mudah karena wisatawan dapat menggunakan jasa taksi, menyewa mobil, motor, atau menggunakan jasa travel untuk menuju lokasi pura. Untuk dapat masuk ke lokasi objek wisata tanah lot maka dikenai biaya masuk sebesar Rp 7.500 untuk turis domestik, dan Rp 10.000 untuk turis asing. Sehingga objek wisata tanah lot merupakan tulang punggung perekonomian masyarakat sekitar.
B. Sejarah
Salah satu pura di Bali yang kerap dikunjungi oleh para pelancong adalah Pura Luhur Tanah Lot. Pura ini terletak di sebuah “pulau” karang di bagian barat Kabupaten Tabanan, tepatnya di Desa Beraban. Menurut legenda, pura yang memiliki nama lain Pura Pakendungan ini dibangun oleh seorang brahmana yang mengembara dari Jawa. Beliau adalah Danghyang Nirartha yang berhasil menguatkan kepercayaan penduduk Bali akan ajaran Hindu dan membangun Sad Kahyangan tersebut pada abad ke-16. Pendeta yang berasal dari Blambangan tersebut, selain menyebarkan agama di pulau Bali juga menyebarkan agama di daerah Lombok yang dikenal dengan sebutan “Tuan Semeru”, merujuk pada sebuah nama gunung di Jawa Timur, yaitu Gunung Semeru.
Kedatangan Dahnyang Nirartha ke Desa Beraban konon karena mengikuti petunjuk sinar suci yang memancar dari arah tenggara. Sinar ini ternyata menuju sebuah mata air suci yang di dekatnya terdapat sebuah batu karang yang berbentuk burung (masyarakat setempat menyebutnya gili beo, yang berarti tanah atau batu karang yang menyerupai burung). Di tempat ini, bersama para pengikutnya Danghyang Nirartha melakukan meditasi dan pemujaan kepada Dewa Penguasa Laut sembari menyebarkan agama Hindu kepada masyarakat setempat.




Kegiatan Danghyang Nirartha ternyata kurang berkenan di hati pemimpin Desa Beraban, yaitu Bendesa Beraban Sakti. Bersama para pengikutnya, ia berencana menyerang Danghyang Nirartha supaya pergi dari Desa Beraban. Hal itu disebabkan, Bendesa Beraban Sakti iri terhadap Danghyang Nirartha karena para pengikutnya mulai meninggalkannya dan mengikuti Danghyang Nirartha. Beliaupun menyanggupi dan sebelum meninggalkan Tanah Lot beliau dengan kekuatannya memindahkan Bongkahan Batu ke tengah pantai (bukan ke tengah laut) sebagai tempat bermeditasi dan membangun pura Pakendungan yang lebih dikenal dengan nama Pura Luhur Tanah Lot. Sedangkan untuk melindungi dirinya dalam bermeditasi beliau juga mengubah selendangnya menjadi ular penjaga pura.
Menyaksikan kesaktian sang Pendeta, akhirnya Bendesa Beraban takluk dan menjadi pengikut setia Danghyang Nirartha. Oleh karena kesungguhannya, Danghyang Nirartha kemudian memberikan sebuah keris suci yang dikenal dengan nama ”Jaramenara” atau Ki Baru Gajah kepada Bendesa Beraban. Saat ini, keris keramat itu disimpan di Puri Kediri dan diupacarai setiap Hari Raya Kuningan.
Sedangkan batu karang yang dipindahkan inilah yang kemudian disebut tanah lot, atau tanah di tengah laut. Sementara ular “ciptaan” Danghyang Nirartha masih ada di dalam kompleks pura sampai sekarang. Dan secara ilmiah ular ini termasuk jenis ular laut yang mempunyai ciri-ciri berekor pipih, memiliki warna hitam berbelang kuning dan mempunyai racun tiga kali lebih kuat dari ular kobra, tetapi karena umumnya ular laut sangat pasif sehingga tidak berbahaya.
C. Pengertian Tanah Lot
Tanah lot berasal dari dua kata yaitu tanah dan laut. Tanah yang diartikan sebagai karang seperti pulau kecil (gili), sedangkan Lot atau lod berarti Laut. Tetapi karena suatu pengucapan yang dianggap terlalu panjang dan tidak efektif maka disingkat dengan tanah lot. Jadi Tanah Lot adalah pulau kecil yang terapung di laut. Tanah lot tersebut merupakan tanah yang berupa tebing yang berada di tengah pantai atau tebing yang berada di pinggir laut. Dan di atas tebing tersebut terdapat pura. Pura Luhur Tanah Lot atau biasa disingkat menjadi Pura Tanah Lot merupakan salah satu Pura Sad Kahyangan, yaitu pura yang dipercaya oleh orang Hindu sebagai sendi-sendi penjaga pulau dewata.
Pura Tanah Lot merupakan tempat pemujaan dewa-dewa penjaga laut. Pura ini memiliki ciri khas sebagai pura yang terletak di “tengah” laut (terletak sekitar 50 meter dari pantai ketika pasang). Apabila air laut pasang, maka pura ini akan dikelilingi oleh air, sehingga tampak benar-benar di tengah laut. Apabila ingin menjelajahi keindahan pura, ada baiknya untuk datang pada sore hari, sebab biasanya air laut sedang surut. Sementara pada pagi hari, air laut kerap kali pasang sehingga wisatawan tidak bisa mencapai pelataran pura. Namun, apabila sedang bulan purnama, pada sore hari pun air laut biasanya tetap pasang.
Para pelancong yang berkunjung ke Pura Tanah Lot hanya diperbolehkan memasuki pelataran pura. Bahkan, bagi wanita yang sedang haid/datang bulan dilarang untuk memasuki pura. Hal ini karena tempat tersebut dianggap keramat, sehingga tidak semua orang boleh menjamah ruang pemujaan di dalamnya. Hanya umat Hindu yang akan bersembahyang atau melakukan ritual agama saja yang diperbolehkan memasuki tempat pemujaan. Selain pura, daya tarik lainnya adalah sumber air tawar, ular suci dan juga keindahan alam seperti sunset.
Sumber air tawar yang disebut Tirta Pabersihan ini merupakan air suci yang dikeramatkan. Sumber air tawar ini, berada di tengah deburan air laut yang asin, yang dapat digunakan oleh para pengunjung maupun umat Hindu untuk menyucikan diri. Di tempat ini, orang-orang dapat mencuci muka atau anggota badan lainnya sembari memanjatkan doa. Konon, dengan cara itu permohonan akan terkabulkan. Daya tarik lainnya adalah ular suci yang menurut cerita merupakan ciptaan Danghyang Nirartha sebagai ular penjaga pura. Setiap orang dapat melihat atau memegang ular ini sambil meletakkan uang receh atau uang koin. Meskipun termasuk ular beracun, tetapi ular tersebut tidak berbahaya. Pada waktu melihat atau memegang ular ini, dapat pula meminta melakukan permohonan.
Apabila beruntung, wisatawan dapat menyaksikan ritual Odalan atau hari jadi Pura Tanah Lot yang diperingati setiap 210 hari sekali. Perayaan Odalanbiasanya dilaksanakan mendekati perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan. Pada perayaan ini, warga Hindu akan berduyun-duyun datang bersembahyang dan memohon berkah di pura ini. Sebagai tempat pemujaan, bagunan pura tersebut memiliki beberapa fungsi yaitu:
Candi Tanah Lot sebagai Dang Kahyangan (candibesar Kudus di Bali), karena sejarah dan Penyiwi (Orang-orang yang memperhatikan bait) berasal dari masyarakat lokal dari Kabupaten Tabanan dan sekitarnya.
Tanah Lot sebagai candi Segara, karena fungsinya sebagai tempat suci untuk menyembah Bhatara Segara, Allah dengan manifestasi sebagai laut kekuatan Keilahian.
Fungsi utama bangunan candi terletak di kawasan pura utama. Dimana tempat ini, terdapat sebuah pura utama untuk menyembah Tuhan dalam bentuk Dewa Baruna atau Bhatara Segara, daya laut. Di tanah lot, tempat ibadahnya terdiri dari 5 bangunan pura dengan 3 bangunan candi yang terkenal berada di bagian utara yang digunakan untuk menyembah ke dewa Dang Hyang Nirartha. Ketiga bangunan candi tersebut adalah candi Batu Bolong, candi Batumejan dan candi Enjung Galuh Bait. Untuk dapat membedakan status candi di Tanah Lot, maka dapat diketahui dari sejarah candi, fungsi candi dan urutan pemujaan pada saat upacara diadakan. Dan da
Selain itu, wisatawan juga dapat menikmati eventwisata bertajuk Tanah Lot Spectacular. Berbagai macam perlombaan dan seni pertunjukan diadakan dalam eventini, di antaranya lomba lari 10 kilometer, lomba layang-layang, pertunjukan tari kecak kolosal, serta okokan dantektekan kolosal.




E. Kondisi Sosial Budaya
Dari segi sosial budaya, Tanah Lot merupakan tempat pemujaan agama hindu. Sehingga pada hari-hari tertantu diadakan upacara besar. Pada saat dilaksanakan upacara besar, warga yang ada di sekitar Tanah Lot berduyun-duyun saling bahu-membahu untuk melangsungkan upacara, dengan begitu rasa kekeluargaanya menjadi sangat kental.
Sedangkan dari segi ekonomi, Tanah Lot yang menjadi tempat wisata dapat mendatangkan pemasukan bagi pemerintah daerah serta dapat mensejahterakan masyarakat dengan mendirikan toko-toko di sepanjang jalan menuju Tanah Lot. Banyak warga yang menjual sovenir dan makanan, sehingga wisatawan tidak perlu susah atau bingung mencari sesuatu yang dibutuhkan.


F. Potensi Tanah Lot
1. Atraksi
Atraksi yang menjadi daya tarik wisatawan adalah adanya pura yang ada ditengah pantai, ular yang dianggap suci oleh warga sekitar, pantai dengan ombak yang kuat dan sunset. Untuk dapat melihat sunset wisatawan dapat mengunjungi objwk wisata Tanah Lot pada sore hari, tetapi tidak apat melihat pura secara dekat karena air laut sedang pasang. Meskipun begitu, disebelah utara Pura Tanah Lot terdapat sebuah pura yang terletak di atas tebing yang menjorok ke laut. Tebing ini menghubungkan pura dengan daratan dan berbentuk seperti jembatan (melengkung). Sehingga para wisatwan dapat mekmati pura yang ada disebelah utara pura Tanah Lot.
2. Aminity
Fasilitas yang terdapat di sekitar kawasan tanah lot ini sangat lengkap seperti art shop, kios-kios suvenir, jasa tattoo temporary, toilet, serta warung makan atau kedai minuman, sehingga wisatawan dapat dengan mudah mencari cinderamata. Berbagai macam tipe penginapan juga banyak tersedia di sekitar pura, mulai dari penginapan kelas melati hingga hotel berbintang.


3. Aktivitas
Seperti tempat-tempat wisata yang lain yang ada di Bali, tanah lot ini mempunyai beragam aktivitas dari mulai pedagang, jasa angkutan, sampai orang yang menunggu gua dan pura yang didalamnya terdapat ular

OLEH : Ari Widya (31)



Pura Menjangan
Lokasi Pulau Menjangan berada disebelah utara Taman Nasional Bali barat yang termasuk bagian dari Desa Sumber Klampok, kecamatan Grokgak  yang berjarak sekitar 76 kilometer sebelah Barat Kota Singaraja.   Untuk mencapai Pulau para wisatawan harus naik perahu bermotor (boat) sekitar 30 menit dari Labuhan lalang.
Pulau menjangan merupakan sebuah pulau kecil tanpa penghuni dengan luas kurang lebih 175 hektar terdiri dari karang, batu batuan vulkanik serta tanah vulkanik hitam.  Sesuai dengan namanya pulau ini dahulu terkenal dengan menjangannya (Cervus Timorensis).  Pulau ini menawarkan potensi keindahan laut sekitarnya yang sangat cocok untuk  kegiatan rekreasi serta olah raga air seperti : Snorkeling dan Scuba Diving.  Keindahan alam bawah lautnya sangat menarik karena kita dapat menemukan terumbu karang  serta flora dan fauna laut yang berwarna warni.  Dengan kondisi air laut yang tenang dan panorama teluknya sangat mempesona.   Kehidupan bawah laut yang sangat mempesona dengan berbagai jenis ikan laut hias yang hanya ditemukan dibeberapa daerah saja di dunia.  Hampir sekitar 59% dari nilai eksport ikan hias Indonesia berasal dari Pulau Menjangan.
Pada kedalaman 2 sampai 3 meter disekitar Pulau menjangan terdapat kompleks karang laut yang merupakan dinding yang curam hinggga kedalaman 50meter.  Penyelam dari luar negeri meyatakan bahwa perairan Pulau Menjangan salah satu daerah yang sangat menarik untuk melakukan penyelaman karena jenis ikan hiasnya dan karang lautnya membentuk sebuah pemandangan yang sangat variatif.  Keadaan air laut Pulau Menjangan yang tenang merupakan area selam yang baik dan merupakan salah satu taman laut yang terlengkap di Bali.

oleh : Dwi Lasmini (15)

Senin, 15 Februari 2016

Pura Besakih

Pura Besakih
Kabupaten Karangasem – Bali – Indonesia
Pura Besakih
Pura Besakih di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem

A. Selayang Pandang

Bali dikenal sebagai ‘pulau seribu pura‘ karena di pulau ini terdapat lebih dari 11.000 bangunan pura. Konon, di beberapa tempat di Bali, jumlah pura bahkan melebihi jumlah rumah-rumah penduduk.
Salah satu pura terbesar yang dianggap sebagai induk pura di Bali (the mother temple) adalah Pura Besakih. Pura Besakih terletak di kaki Gunung Agung, gunung tertinggi di Pulau Bali yang oleh masyarakat setempat dianggap sebagai gunung suci. Pada tanggal 17 Maret 1963 (versi yang lain menyebutkan tanggal 18 Maret)  Gunung Agung pernah meletus dan menewaskan lebih dari 1.000 orang serta merusakkan desa-desa di sekitarnya. Namun yang membuat takjub, Pura Besakih ‘tak tersentuh‘ oleh bencana alam tersebut, padahal jaraknya hanya sekitar 1 km dari puncak Gunung Agung.
Menurut cerita yang berkembang, lokasi pura ini dipilih karena dianggap sebagai daerah yang suci. Dalam bahasa Jawa Kuno, besakih, wasuki, atau basuki memiliki makna “selamat”. Selain itu, nama besakih juga dikaitkan dengan Naga Basuki, yaitu sosok naga yang menjadi bagian dari keyakinan masyarakat di lereng Gunung Agung pada masa pra-Hindu. Oleh karena pura ini dianggap sebagai tempat suci, maka para pengunjung yang ingin memasuki kompleks pura diharuskan memakai sarung khas Bali.

B. Keistimewaan

Pura Besakih merupakan kompleks tempat ibadah umat Hindu yang terdiri dari 22 bangunan pura. Menurut perkiraan para ahli, proses pembangunan Pura Besakih memakan waktu lebih dari 1.000 tahun hingga mencapai bentuknya yang sekarang. Bukti-bukti peninggalan sejarah masa megalitik yang ditemukan di sekitar kompleks pura ini, seperti menhir, tahta batu, dan struktur teras berbentuk piramid menguatkan perkiraan tersebut.
Pura ini dibangun berdasarkan konsep Tri Hita Karana, yaitu konsep keseimbangan antara manusia, alam, dan Tuhan. Penataan bangunan pura disesuaikan dengan arah mata angin agar struktur bangunannya dapat mewakili alam sebagai simbolisme adanya keseimbangan tersebut.
Tiap arah mata angin disebut mandala dengan dewa penguasa yang disebut “Dewa Catur Lokapala”. Sebagai pusat (poros/tengah) dari keempat arah mata angin adalah Pura Penataran Agung Besakih, yaitu pura terbesar yang ditujukan untuk memuja Dewa Siwa dengan dikelilingi pura-pura lainnya. Di sebelah timur Pura Penataran Agung terdapat Pura Gelap yang digunakan untuk memuja Dewa Iswara; di sebelah selatan ada Pura Kiduling Kereteg untuk memuja Dewa Brahma; di sisi barat ialah Pura Ulun Kulkul untuk memuja Dewa Mahadewa; serta di sisi utara adalah Pura Batumadeg yang dimaksudkan untuk memuja Dewa Wisnu.
Di kompleks Pura Besakih kerap diadakan berbagai macam ritual agama Hindu yang mencapai puncaknya pada perayaan tiap seratus tahun Pura Besakih yang disebut Ekadasa Rudra (terakhir dilakukan pada tahun 1979). Selain dapat menikmati peninggalan sejarah, arsitektur khas, serta perayaan ritual keagamaan di pura ini, wisatawan juga dapat melengkapi kunjungan wisata dengan mendaki Gunung Agung.

C. Lokasi

Pura Besakih terletak di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali, Indonesia.

D. Akses

Untuk menuju Pura Besakih, wisatawan dapat memulai perjalanan dari Kota Denpasar dengan jarak sekitar 25 km ke arah utara. Alternatif lainnya, wisatawan dapat menempuh perjalanan dari Kota Semarapura (Kabupaten Klungkung) ke Pura Besakih menggunakan angkutan umum (bemo) dengan biaya sekitar Rp 5.000 (April 2008). Sesampainya di Kecamatan Rendang, pengunjung disarankan untuk turun di gerbang masuk pura, bukan di Desa Besakih yang berada sekitar 1 km arah selatan Pura Besakih. Dari pintu gerbang pura, pengunjung dapat berjalan kaki memasuki kompleks Pura Besakih.

E. Harga Tiket

Pengunjung yang ingin memasuki pura dikenai bea masuk sebesar Rp 7.000 per orang. Apabila pengunjung mengendarai mobil pribadi, maka ada biaya tambahan sebesar Rp 3.000 untuk biaya parkir (April 2008).

F. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya

Wisatawan yang memerlukan sarung khas Bali sebagai persyaratan untuk memasuki lokasi pura dapat menyewanya di sekitar lokasi dengan biaya sebesar Rp 3.000—Rp 5.000 per sarung. Jika ingin mengetahui seluk beluk Pura Besakih baik dari segi sejarah maupun arsitekturnya, wisatawan dapat menyewa pemandu dengan biaya sekitar Rp 10.000 (April 2008).
Kompleks Pura Besakih memiliki lahan parkir yang cukup luas untuk berbagai macam kendaraan. Selain itu, di sekitar tempat parkir terdapat kios-kios yang menjual kerajinan maupun cenderamata lainnya. Apabila membutuhkan penginapan atau rumah makan, di sekitar pura juga terdapat losmen dan berbagai macam warung makan khas Bali.
oleh Risma S. Devi